Jumat, 14 Oktober 2016

Makalah Surat Al-Imran Ayat 190-191



PENDAHULUAN


Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan taufiq, hidayah, serta karunianya sehingga kami dapat menyusun makalah ini sesuai dengan rencana. Makalah ini disusun berdasarkan pembelajaran Kurikulum 2013 yang di rancang untuk memperkuat kompetensi peserta didik dari sisi pengetahuan, keterampilan, dan sikap secara utuh.
          Tujuan dibentuknya makalah ini adalah sebagai pembelajaran bagi pembaca yang ingin mengetahui lebih dalam tentang surat Al-Imron ayat 190-191. Makalah ini akan menjelaskan tentang azbabu nuzul dan terjemahan surat Al-Imron ayat 190-191.
          Harapan kami, semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca. Kami menyadari mungkin masih ada banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Untuk itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik pembaca untuk menyempurnakan makalah ini. Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memungkinkan terbitnya makalah ini.











PEMBAHASAN

A.    Terjemah Surat Ali ‘Imran Ayat 190-191
190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadaklah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.
B.     Makna Lughoh Surat Ali ‘Imran Ayat 190-191
اِنَّ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالاَرضِ  : Kejaiban-kejaiban yang terdapat dalam keduanya.
وَاخْتِلَا فِ اليل وَ النهارِ : Dengan datang dan pergi seta bertambah dan berkurang.
لَاٰ يٰتٍ : Bukti-bukti atas kekuasaan Allah.
لِاولي الالباب : Mempergunakan pemikiran mereka.

يَذْكُرُوْنَ الّٰلهَ قِيَا مًا وَّقُعُوْدًاوَّعَلَي جُنُوْبِهِمْ : Dalam keadaan bagaimanapun juga, sedang menurut Ibnu Abbas mengerjakan sholat dalam keadaan tersebut sesuai dengan kemampuan.
وَيَتَفَكَّرُوْنَ فِي خَلْقِ السموت والارض : Untuk menyimpulkan dalil keduanya dalam kekuasaan Allah SWT.
رَبَّنَامَاخَلَقْتَ هٰذَا : Maksudnya makhluk yang kami saksikan ini.
بَاطِلًا : Menjadi “hal”, sebaliknya semua ini jadi bukti atas kesempurnaan kekuasaan-Mu.
سُبْحٰنَكَ : Tidak mungkin Engkau akan berbuaat sia-sia.
C.    Asbabun Nuzul Surat Ali ‘Imran Ayat 190-191
Menurut riwayat Abu Ishak al-Maqariy, Abdullah bin Hamid, Ahmad Bin Muhammad bin Yahya al-Abidiy, Ahmad bin Najdah, Yahya bin Abdul Hamid al-Mahany, Ya’qub al-Qumy, Ja’far bin Abi al-Mughirah, Sa’id bin Jubair dari Ibn ‘Abbas, bahwa orang Quraisy Yahudi berkata: Apakah ayat-ayat yang telah dibawa oleh Musa? Mereka menjawab: Tongkat dan tangannya putih bagi orang yang melihatnya. Selanjutnya mereka datang kepada orang-orang Nasrani dan berkata: Bagaimanakah dengan yang dibawa oleh Isa terhadapmu? Mereka menjawab: Menyembuhkan orang yang lepra dan penyakit kulit serta menghidupkan orang mati. Kemudian mereka datang kepada Nabi dan berkata: Coba engkau rubah bukit Shafa ini menjadi emas untuk kami, maka turunlah ayat tersebut.
D.    Munasabah Surat Ali ‘Imran Ayat 190-191
انّ في خلق السموات ولارض واختلف اليل والنهارلأيت لاولي الألبب
Riwayat ini sulit dimengerti, mengingat ayat ini adalah ayat madaniyah, sedangkan yang mereka kehendaki adalah bukit Shafa menjadi emas adalah di Makkah.
Makna ayat adalah Alah SWT berfirman إن في خلق السموت والارض  artinya “sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi”.  Yakni yang ini dalam kekuasaan dan keluasannya, dan yang ini dalam hamparannya, kepadatanya serta tata letaknya, dan semua yang ada pada keduanya berupa tanda-tanda yang dapat disaksikan lagi amat besar, seperti bintang-bintang yang tetap, lautan, gunung-gunung dan padang pasir, pepohonan, tumbuh-tumbuhan, tanaman-tanaman, dan buah-buahan serta hewan-hewan, barang-barang tambang, serta yang berbagai manfaat yang beraneka warna, bermacam-macam ras, bau dan kegunaannya.
واختلاف اليل والنهار artinya “dan silih bergantinya malam dan siang. Maksudnya, saling brgiliran dan saling mengurangi panjang dan pendeknya, kemudian keduanya menjadi sama. Setelah itu, yang ini mengambil sebagian waktu dari yang lain hingga ia menjadi panjang waktunya, yang sebelum itu pendek, dan menjadi pendeklah yang tadinya panjang. Semua itu berjalan berdasarkan pengaturan dari Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.
Karena itu dalam firman yang lain disebutkan لايت لاولي البابyang artinya “terdapat tanda-tanda orang yang berakal”.Yaitu akal-akal yang sempurna lagi memiliki kcerdasan. Karena hanya dengan yang demikianlah yang dapat mengetahui segala sesuatu dengan hakikatnya dengan jelas dan gamblang. Lain halnya dengan orang yang bisu dan tuli serta orang-oran yang tidak berakal. Seperti yang telah disebutkan oleh Allah SWT dalam firmannya:
وكاين من ايةفي السموت والارض يمرّون عليهاوهم عنهامعرضون. ومايؤمن اكثرهم باالله الّاوهم مشركون (يوسف:١٠٥-١٠٦
Artinya “dan banyak sekali tanda-tanda (kekuasaan Allah) di langit dan di bumi yang mereka melaluinya, sedangkan mereka bepaling darinya. Dan sebagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sesembahan-sesembahan lain)”. (Q.S. Yusuf: 105-106)
Selanjutnya Allah menjelaskan ciri-ciri orang yang berakal melalui firmannya, mereka adalah:
الّذين يذكرون الّله قياماواقعوداوّعلي جنوبهم artinya “orang-orang yang mengngat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring” (Q.S. Ali ‘Imran:191)
Seperti yang disebutkan dalam kitab Sahihain dengan melalui Imran Ibnu Husain, bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda:
صلّ قائما. فإن لم تستطع فقاعدا،فإن لم تستطع فعلي جنبك artinya “shalatlah sambil berdiri, jika kamu tidak mampu untuk brdiri, maka shalatlah sambil duduk, dan jika kamu tidak mampu sambil duduk, maka berbaringlah di atas lambngmu”.
Mereka tidak pernah terlepas dari berdzikir mengingat-Nya dalam semua keadaan mereka. Lisan, hati dan jiwa mereka semuanya selalu mengingat kepada Allah SWT.
ويتفكرون في خلق السموت والارض.(ال عمرن:١٩١ artinya “dan mereka memikirkan penciptaan langit dan bumi”. Mereka memahami hikmah yang terkandung di dalamnya yang menunjukkan kebesaran Penciptanya, kekuasaan-Nya, pengetahuan-Nya, hikmah-Nya, pilihan-Nya dan rahmat-Nya.
Syiekh Sulaiman Ad-Darani mengatakan, “sesungguhnya bila aku keluar dari rumahku, tiada satupun yang terlihat oleh mataku, melainkan aku melihat bahwa Allah telah memberikan suatu nikmat kepadaku padanya, dan bagiku didalamnya terkandung pelajaran”. Demikianlah yang dikatakan oleh Ibnu Abud Dunia di dalam Kitabut Tawakkul wal I’tibar.
Diriwayatkan oleh Hasan al-Basri bhawa ia pernah mengatakan, “berfikir sesaat lebih baik daripada berdiri shalat semalam”.
Al-Fudail mengatakan bahwa Al-Hasan pernah berkata,“pikiran merupakan cermin yang memperlihatkan kepadamu kebaikan-kebaikan dan keburukan-keburukanmu”.
Sufyan Ibnu Uyayinah mengatakan bahwa pikiran merupakan cahaya yang memasuki hatimu, adakalanya ia mengucapkan tamsil untuk pengrtian tersebut dalam bait syair ini:
إذا المرءكانت له فكرة # ففي كلّ شي ٕ له عبرة
“apabila seseorang menggunakan akal fikirannya maka pada sesuatu terdapat pelajaran baginya”.
Diriwayatkan dari Ibnu Umar, bila ia ingin menyegarkan hatinya, maka ia datang ke tempat yang telah ditinggalkan oleh penghuninya (karena sudah rusak). Kemudian ia berdiri di depan pintunya, lalu berseru dengan suara yang lirih seraya mengatakan, “kemanakah penghunimu?” kemudian ia mengoreksi dirinya sendiri dan membacakan firmannya:
كلّ شىئ هالك الاوجهه.(القصص:٨٨
”tiap-tiap sesuatu pasti akan binasa, kecuali dza-Nya”.(Al-Qassas: 88)
E.     Makna Ijmali Surat Ali ‘Imran Ayat 190-191
......Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.  (Ali ‘imran 191)
            Konteks Al-qur’an disini menggambarkan langkah-langkah gerakan jiwa yang ditimbulkan oleh responnya terhadap pemandangan yang berupa langit dan bumi dan bergantian malam dengan siang dalam perasaanulul-albab dengan gambaran yang cermat. Pada waktu yang sama ia merupakan gambaran yang memberikan kesan dan arahan, yang memalingkan hati kepada manhajyang shohih dan di dalam bergaul dengan alam semesta, di dalam berbicara kepadanya dan bahasannya, di dalam persoalan jawab bersama fitrahnya dan hakikatnya, dan terkesan dengan isyarat-isyaranya dan pengarahan-pengarahannya. Juga menjadikan kitab alam semesta yang terbuka ini sebagai sebagai “kitab” ilmu pengetahuan bagi manusia mukmin yang senantiasa menjalin hubungan dengan alloh dan dengan apa yang diciptakan oleh tangan Allah.
Rangkaian-rangkaian ayat ini dimulai dengan membandingkan antara penghadapan hati kepada zikrullah dan ibadah kepada-Nya “pada waktu berdiri, duduk, berbaring” dengan memikirkan penciptaam langit dan bumi serta pergantian siang dan malam. Sehingga perenungan dan pemikiran ini menempuh jalan ibadah, dan menjadikannya sebagai salah satu sisi dari pemandangan zikir. Maka hal ini mengesankan penghimpunan antara dua macam gerakan (aktifitas) dengan dua hakikat yang penting.
Hakikat pertama, bahwa memikirkan penciptaan Allah terhadap makhluknya  merenungkan kitab alam alam semesta yang terbuka, dan merenungkan tangan Allah yang menciptakan dan menggerakkan alam semesta ini, dan membolak-balik halaman-halaman kitab terbuka ini, merupakan ibadah Allah kepada diantara pokok-pokok ibadah, dan merupakan zikir kepada Allah di antara zikir-zikir poko-pokok. Seandainya ilmu-ilmu kealaman yang membicarakan desain alam semesta, udangan – undangan dan sunahnya, kekuatan dan kandungannya, rahasia-rahsianya dan potensi-potensinya  berhubungan denga zikir dan mengingat Pencipta alam ini, dari merasakan keagungan – Nya dan karunianya, niscaya seluruh aktifitas keilmuannya itu akan berubah menjadi ibadah kepada Sang Pencipta alam semesta ini, akan luruslahkehidupan ini, dan akan terarah kepada Allah SWT saja.[2]
Hakikat kedua, ayat-ayat allah di semesta alam ini, tiak menampakkan hakikatnya yang maengesankan kecuali pada hati yang selalu berzikir dan beribadah. Mereka yang selalu ingat kepada Allah pada waktu berdiri,duduk, dan berbaring – sembari memikirkan penciptaan langit dan bumi serta pergantian siang dan malam – adalah mereka yang terbuka pandangannya terhadap hakikat-hakikat besar yang terlipat didalam penciptaan langit dan bumi serta pergantian malam dan siang. Di balik itu mereka yang selalu berhubungan dengan manhaj Ilahi yang dapat menyampaikan kepada keselamatan, kebaikan, dan kesalehan. Adpun orang-orang yang merasa cukup dengan sisi lahiriah dari kehidupan dunia dan berhubungan dengan rahasia – rahasia sebagai kekuatan alam – tanpa ada hubungan dengan zikir dan pikir serta manhaj Ilahi maka mereka berarti menghancurkan kehidupan dan menghancurkan diri sendiri dengan berhubungannya dengan rahasia – rahasia ini, dan mengubah kehidupannya menjadi neraka yang menyengsarakan dan kegoncangan yang keras. Kemudian berujung dengan mendapatkan kemurkaan dan Azab Allah di akhir perjalanan hidupnya.
F.     Makna Tafsili (Makna Tafsir) Surat Ali ‘Imran Ayat 190-191
Allah Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi,” yakni ihwal ketinggian dan leluasan langit; ihwal kerendahan dan ketebalan bumi, serta tanda-tanda kekuasaan yang besar yang terdapat pada keduanya, baik tanda-tanda yang bergerak maupun yang diam, lautan, hutan, pepohonan, barang tambang, serta berbagai jenis makanan, warna, dan bau-bauan yang bermanfaat. “Serta pergantian malam dan siang” yang pergi dan datang serta susul-menyusul dalam hal panjang, pendek, dan sedangnya. dari Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.
Oleh karena itu, Allah Ta’ala berfirman, “Benar-benar terdapat tanda kekuasaan bagi orang-orang yang berakal” bukan seperti orang-orang yang tuli dan bisu yang tidak dapat memahami, yaitu orang-orang yang dijelaskan Allah dengan , “Dan banyak sekali tanda-tanda (kekuasaan Allah) di langit dan bumi yang dilalui oleh mereka, sedang mereka berpaling darinya. Dan sebagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain Munasabah).” (Yusuf: 105-106)[4]
Kemudian Allah menyifati ulil-albab. Dia berfirman, “Yaitu orang-orang yang mengingat Allah ketika berdiri,duduk, dan berbaring.” Dalam shahibain ditegaskan dari Imran bin Hishin bahwa Rasulullah saw. bersabda,”Dirikanlah shalat sambil berdiri. Jika kamu tidak mampu, maka sambil duduk. Jika kamu tidak mampu, maka sambil berbaring. “Artinya, mereka tidak henti-hentinya berzikir dalam kondisi, baik dengan hati maupun lisannya. “Dan mereka merenungkan penciptaan langit dan bumi. “Yakni, mereka memahami ketetapan-ketetapan yang menunjukkan kepada kebesaran Al-Khaliq, pengetahuan, hikmah, pilihan, dan rahmat-Nya.
G.    Al-‘Ibrah (Pelajaran Yang Dapat Diambil) Surat Ali ‘Imran Ayat 190-191.
1.      Pada ayat tersebut bahwa orang yang berakal (Ulu al-Bab) adalah orang yang melakukan dua hal yaitu tazakkur yakni mengingat (Allah), dantafakkur, memikirkan (ciptaan Allah). Sementara Imam Abi al-Fida   mengatakan bahwa yang dimaksud dengan Ulu al-Abab adalah al-‘uqul al-tamm al-zakiyah al-latiy tudrak al-asy-ya ‘ala jalyatiha wa laisa ka al-shamm al-bukm al-ladzina laa ya’qilun yaitu  orang-orang yang akalnya semprna dan bersih yang dengannya dapat ditemukan berbagai keistimewaan dan keagungan mengenahi sesuatu, tidak  seperti orang yang buta dan gagu yang tidak bisa berfikir.
2.      Dengan adanya fenomena yang ada di dunia ini akan membawa orang-orang yang berakal yang memikirknnya akan menyadari keagungan Allah SWT. Melalui upaya inilah manusia dapat mencapai kebahagiaan dan keselamatan hidup.
3.      Selanjutnya melalui pemahaman yang dilakukan para mufassir terhadap ayat tersebut di atas akan dapat dijumpai peran dan fungsi akal tersebut secara lebih luas lagi. Semua itu menjadi obyek atau sasaran di mana akal memikirkan dan mengingatnya. Tegasnya bahwa di dalam penciptaan langit dan bumi serta keindahan ketentuan dan keistimewaan penciptaannya, serta adanya pergantian siang dan malam serta berjalannya waktu detik per-detik sepanjang tahun, yang pengaruhnya tampak pada perubahan fisik dan kecerdasan yang disebabkan pengaruh panasnya matahari dan dinginnya malam, serta pengaruhnya pada binatang dan tumbuh-tumbuhan dan sebagainya adalah menunjukkan bukti keesaan Allah dan kesempurnaan ilmu dan kekuasaan-Nya.


 H.    Natijah
1.Dengan akal yang Allah berikan kepada setiap manusia, terdapat manfaat yang membawa kita kepada kebaikan, dimana manusia dapat memikirkan dan mengingat atas keagungan Allah SWT, melalui upaya inilah manusia dapat mencapai kebahagiaan dan keselmatan hidup.
2.Dengan Allah menciptakan langit dan bumi, pergantian siang dan malam agar manusia mengetahui atas karunia yang diberikan-Nya, dan  ketika manusia   mengalami sebuah perubahan kondisi agar tetap mengingat Allah SWT, karena dengan cara apapun Allah SWT akan menerima setiap ibadah atas makhluk-Nya.


PENUTUP

Demikian pembahasan mengenai azbabu nuzul dan terjemahan surat Al-Imran ayat 190-191. Kesimpulanya bahwa dengan akal yang Allah berikan kepada setiap manusia, terdapat manfaat yang membawa kita kepada kebaikan, dimana manusia dapat memikirkan dan mengingat atas keagungan Allah SWT, melalui upaya inilah manusia dapat mencapai kebahagiaan dan keselmatan hidup . Dengan Allah menciptakan langit dan bumi, pergantian siang dan malam agar manusia mengetahui atas karunia yang diberikan-Nya, dan  ketika manusia   mengalami sebuah perubahan kondisi agar tetap mengingat Allah SWT, karena dengan cara apapun Allah SWT akan menerima setiap ibadah atas makhluk-Nya.


1 komentar: