PENDAHULUAN
Puji syukur kami
panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan taufiq, hidayah,
serta karunianya sehingga kami dapat menyusun makalah ini sesuai dengan
rencana. Makalah ini disusun berdasarkan pembelajaran Kurikulum 2013 yang di
rancang untuk memperkuat kompetensi peserta didik dari sisi pengetahuan,
keterampilan, dan sikap secara utuh.
Tujuan
dibentuknya makalah ini adalah sebagai pembelajaran bagi pembaca yang ingin
mengetahui lebih dalam tentang surat Al-Imron ayat 190-191. Makalah ini akan
menjelaskan tentang azbabu nuzul dan terjemahan surat Al-Imron ayat 190-191.
Harapan
kami, semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca. Kami menyadari mungkin masih
ada banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Untuk itu, kami sangat
mengharapkan saran dan kritik pembaca untuk menyempurnakan makalah ini. Akhir
kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memungkinkan
terbitnya makalah ini.
PEMBAHASAN
A. Terjemah Surat Ali ‘Imran Ayat 190-191
190. Sesungguhnya dalam
penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat
tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
191. (yaitu)
orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan
berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadaklah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia,
Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.
B. Makna Lughoh Surat Ali ‘Imran Ayat 190-191
اِنَّ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ
وَالاَرضِ : Kejaiban-kejaiban yang
terdapat dalam keduanya.
وَاخْتِلَا فِ اليل وَ النهارِ
: Dengan datang dan pergi seta bertambah dan berkurang.
لَاٰ يٰتٍ : Bukti-bukti
atas kekuasaan Allah.
لِاولي الالباب :
Mempergunakan pemikiran mereka.
يَذْكُرُوْنَ الّٰلهَ قِيَا
مًا وَّقُعُوْدًاوَّعَلَي جُنُوْبِهِمْ : Dalam keadaan bagaimanapun juga, sedang
menurut Ibnu Abbas mengerjakan sholat dalam keadaan tersebut sesuai dengan
kemampuan.
وَيَتَفَكَّرُوْنَ فِي خَلْقِ
السموت والارض : Untuk menyimpulkan dalil keduanya dalam kekuasaan Allah SWT.
رَبَّنَامَاخَلَقْتَ هٰذَا
: Maksudnya makhluk yang kami saksikan ini.
بَاطِلًا : Menjadi
“hal”, sebaliknya semua ini jadi bukti atas kesempurnaan kekuasaan-Mu.
سُبْحٰنَكَ : Tidak
mungkin Engkau akan berbuaat sia-sia.
C. Asbabun Nuzul Surat Ali ‘Imran Ayat 190-191
Menurut
riwayat Abu Ishak al-Maqariy, Abdullah bin Hamid, Ahmad Bin Muhammad bin Yahya
al-Abidiy, Ahmad bin Najdah, Yahya bin Abdul Hamid al-Mahany, Ya’qub al-Qumy,
Ja’far bin Abi al-Mughirah, Sa’id bin Jubair dari Ibn ‘Abbas, bahwa orang
Quraisy Yahudi berkata: Apakah ayat-ayat yang telah dibawa oleh Musa? Mereka
menjawab: Tongkat dan tangannya putih bagi orang yang melihatnya. Selanjutnya
mereka datang kepada orang-orang Nasrani dan berkata: Bagaimanakah dengan yang
dibawa oleh Isa terhadapmu? Mereka menjawab: Menyembuhkan orang yang lepra dan
penyakit kulit serta menghidupkan orang mati. Kemudian mereka datang kepada
Nabi dan berkata: Coba engkau rubah bukit Shafa ini menjadi emas untuk kami,
maka turunlah ayat tersebut.
D. Munasabah Surat Ali ‘Imran Ayat 190-191
انّ في خلق السموات ولارض
واختلف اليل والنهارلأيت لاولي الألبب
Riwayat ini sulit
dimengerti, mengingat ayat ini adalah ayat madaniyah, sedangkan yang mereka
kehendaki adalah bukit Shafa menjadi emas adalah di Makkah.
Makna ayat adalah Alah
SWT berfirman إن في خلق السموت والارض
artinya “sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi”. Yakni yang ini dalam kekuasaan dan
keluasannya, dan yang ini dalam hamparannya, kepadatanya serta tata letaknya,
dan semua yang ada pada keduanya berupa tanda-tanda yang dapat disaksikan lagi
amat besar, seperti bintang-bintang yang tetap, lautan, gunung-gunung dan
padang pasir, pepohonan, tumbuh-tumbuhan, tanaman-tanaman, dan buah-buahan
serta hewan-hewan, barang-barang tambang, serta yang berbagai manfaat yang
beraneka warna, bermacam-macam ras, bau dan kegunaannya.
واختلاف اليل والنهار
artinya “dan silih bergantinya malam dan siang. Maksudnya, saling brgiliran dan
saling mengurangi panjang dan pendeknya, kemudian keduanya menjadi sama. Setelah
itu, yang ini mengambil sebagian waktu dari yang lain hingga ia menjadi panjang
waktunya, yang sebelum itu pendek, dan menjadi pendeklah yang tadinya panjang.
Semua itu berjalan berdasarkan pengaturan dari Tuhan Yang Maha Perkasa lagi
Maha Mengetahui.
Karena itu dalam firman
yang lain disebutkan لايت لاولي البابyang artinya “terdapat tanda-tanda orang
yang berakal”.Yaitu akal-akal yang sempurna lagi memiliki kcerdasan. Karena
hanya dengan yang demikianlah yang dapat mengetahui segala sesuatu dengan hakikatnya
dengan jelas dan gamblang. Lain halnya dengan orang yang bisu dan tuli serta
orang-oran yang tidak berakal. Seperti yang telah disebutkan oleh Allah SWT
dalam firmannya:
وكاين من ايةفي السموت والارض
يمرّون عليهاوهم عنهامعرضون. ومايؤمن اكثرهم باالله الّاوهم مشركون (يوسف:١٠٥-١٠٦
Artinya “dan banyak
sekali tanda-tanda (kekuasaan Allah) di langit dan di bumi yang mereka
melaluinya, sedangkan mereka bepaling darinya. Dan sebagian besar dari mereka
tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah
(dengan sesembahan-sesembahan lain)”. (Q.S. Yusuf: 105-106)
Selanjutnya Allah
menjelaskan ciri-ciri orang yang berakal melalui firmannya, mereka adalah:
الّذين يذكرون الّله قياماواقعوداوّعلي
جنوبهم artinya “orang-orang yang mengngat Allah sambil berdiri atau duduk atau
dalam keadaan berbaring” (Q.S. Ali ‘Imran:191)
Seperti yang disebutkan
dalam kitab Sahihain dengan melalui Imran Ibnu Husain, bahwa Rasulullah SAW
pernah bersabda:
صلّ قائما. فإن لم تستطع
فقاعدا،فإن لم تستطع فعلي جنبك artinya “shalatlah sambil berdiri, jika kamu
tidak mampu untuk brdiri, maka shalatlah sambil duduk, dan jika kamu tidak
mampu sambil duduk, maka berbaringlah di atas lambngmu”.
Mereka tidak pernah
terlepas dari berdzikir mengingat-Nya dalam semua keadaan mereka. Lisan, hati
dan jiwa mereka semuanya selalu mengingat kepada Allah SWT.
ويتفكرون في خلق السموت والارض.(ال
عمرن:١٩١ artinya “dan mereka memikirkan penciptaan langit dan bumi”. Mereka
memahami hikmah yang terkandung di dalamnya yang menunjukkan kebesaran Penciptanya,
kekuasaan-Nya, pengetahuan-Nya, hikmah-Nya, pilihan-Nya dan rahmat-Nya.
Syiekh Sulaiman
Ad-Darani mengatakan, “sesungguhnya bila aku keluar dari rumahku, tiada satupun
yang terlihat oleh mataku, melainkan aku melihat bahwa Allah telah memberikan
suatu nikmat kepadaku padanya, dan bagiku didalamnya terkandung pelajaran”.
Demikianlah yang dikatakan oleh Ibnu Abud Dunia di dalam Kitabut Tawakkul wal
I’tibar.
Diriwayatkan oleh Hasan
al-Basri bhawa ia pernah mengatakan, “berfikir sesaat lebih baik daripada
berdiri shalat semalam”.
Al-Fudail mengatakan
bahwa Al-Hasan pernah berkata,“pikiran merupakan cermin yang memperlihatkan
kepadamu kebaikan-kebaikan dan keburukan-keburukanmu”.
Sufyan Ibnu Uyayinah
mengatakan bahwa pikiran merupakan cahaya yang memasuki hatimu, adakalanya ia
mengucapkan tamsil untuk pengrtian tersebut dalam bait syair ini:
إذا المرءكانت له فكرة #
ففي كلّ شي ٕ له عبرة
“apabila seseorang
menggunakan akal fikirannya maka pada sesuatu terdapat pelajaran baginya”.
Diriwayatkan dari Ibnu
Umar, bila ia ingin menyegarkan hatinya, maka ia datang ke tempat yang telah
ditinggalkan oleh penghuninya (karena sudah rusak). Kemudian ia berdiri di
depan pintunya, lalu berseru dengan suara yang lirih seraya mengatakan,
“kemanakah penghunimu?” kemudian ia mengoreksi dirinya sendiri dan membacakan
firmannya:
كلّ شىئ هالك الاوجهه.(القصص:٨٨
”tiap-tiap sesuatu
pasti akan binasa, kecuali dza-Nya”.(Al-Qassas: 88)
E. Makna Ijmali Surat Ali ‘Imran Ayat 190-191
......Ya Tuhan Kami,
Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka
peliharalah Kami dari siksa neraka. (Ali
‘imran 191)
Konteks Al-qur’an disini
menggambarkan langkah-langkah gerakan jiwa yang ditimbulkan oleh responnya
terhadap pemandangan yang berupa langit dan bumi dan bergantian malam dengan
siang dalam perasaanulul-albab dengan gambaran yang cermat. Pada waktu yang
sama ia merupakan gambaran yang memberikan kesan dan arahan, yang memalingkan
hati kepada manhajyang shohih dan di dalam bergaul dengan alam semesta, di
dalam berbicara kepadanya dan bahasannya, di dalam persoalan jawab bersama
fitrahnya dan hakikatnya, dan terkesan dengan isyarat-isyaranya dan
pengarahan-pengarahannya. Juga menjadikan kitab alam semesta yang terbuka ini
sebagai sebagai “kitab” ilmu pengetahuan bagi manusia mukmin yang senantiasa
menjalin hubungan dengan alloh dan dengan apa yang diciptakan oleh tangan
Allah.
Rangkaian-rangkaian
ayat ini dimulai dengan membandingkan antara penghadapan hati kepada zikrullah
dan ibadah kepada-Nya “pada waktu berdiri, duduk, berbaring” dengan memikirkan
penciptaam langit dan bumi serta pergantian siang dan malam. Sehingga
perenungan dan pemikiran ini menempuh jalan ibadah, dan menjadikannya sebagai
salah satu sisi dari pemandangan zikir. Maka hal ini mengesankan penghimpunan
antara dua macam gerakan (aktifitas) dengan dua hakikat yang penting.
Hakikat pertama, bahwa
memikirkan penciptaan Allah terhadap makhluknya
merenungkan kitab alam alam semesta yang terbuka, dan merenungkan tangan
Allah yang menciptakan dan menggerakkan alam semesta ini, dan membolak-balik
halaman-halaman kitab terbuka ini, merupakan ibadah Allah kepada diantara
pokok-pokok ibadah, dan merupakan zikir kepada Allah di antara zikir-zikir
poko-pokok. Seandainya ilmu-ilmu kealaman yang membicarakan desain alam
semesta, udangan – undangan dan sunahnya, kekuatan dan kandungannya,
rahasia-rahsianya dan potensi-potensinya
berhubungan denga zikir dan mengingat Pencipta alam ini, dari merasakan
keagungan – Nya dan karunianya, niscaya seluruh aktifitas keilmuannya itu akan
berubah menjadi ibadah kepada Sang Pencipta alam semesta ini, akan
luruslahkehidupan ini, dan akan terarah kepada Allah SWT saja.[2]
Hakikat kedua,
ayat-ayat allah di semesta alam ini, tiak menampakkan hakikatnya yang
maengesankan kecuali pada hati yang selalu berzikir dan beribadah. Mereka yang
selalu ingat kepada Allah pada waktu berdiri,duduk, dan berbaring – sembari
memikirkan penciptaan langit dan bumi serta pergantian siang dan malam – adalah
mereka yang terbuka pandangannya terhadap hakikat-hakikat besar yang terlipat
didalam penciptaan langit dan bumi serta pergantian malam dan siang. Di balik
itu mereka yang selalu berhubungan dengan manhaj Ilahi yang dapat menyampaikan
kepada keselamatan, kebaikan, dan kesalehan. Adpun orang-orang yang merasa
cukup dengan sisi lahiriah dari kehidupan dunia dan berhubungan dengan rahasia
– rahasia sebagai kekuatan alam – tanpa ada hubungan dengan zikir dan pikir
serta manhaj Ilahi maka mereka berarti menghancurkan kehidupan dan menghancurkan
diri sendiri dengan berhubungannya dengan rahasia – rahasia ini, dan mengubah
kehidupannya menjadi neraka yang menyengsarakan dan kegoncangan yang keras.
Kemudian berujung dengan mendapatkan kemurkaan dan Azab Allah di akhir
perjalanan hidupnya.
F. Makna Tafsili (Makna Tafsir) Surat Ali
‘Imran Ayat 190-191
Allah
Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi,” yakni ihwal
ketinggian dan leluasan langit; ihwal kerendahan dan ketebalan bumi, serta
tanda-tanda kekuasaan yang besar yang terdapat pada keduanya, baik tanda-tanda
yang bergerak maupun yang diam, lautan, hutan, pepohonan, barang tambang, serta
berbagai jenis makanan, warna, dan bau-bauan yang bermanfaat. “Serta pergantian
malam dan siang” yang pergi dan datang serta susul-menyusul dalam hal panjang,
pendek, dan sedangnya. dari Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.
Oleh karena itu, Allah
Ta’ala berfirman, “Benar-benar terdapat tanda kekuasaan bagi orang-orang yang
berakal” bukan seperti orang-orang yang tuli dan bisu yang tidak dapat
memahami, yaitu orang-orang yang dijelaskan Allah dengan , “Dan banyak sekali
tanda-tanda (kekuasaan Allah) di langit dan bumi yang dilalui oleh mereka,
sedang mereka berpaling darinya. Dan sebagian besar dari mereka tidak beriman
kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan
sembahan-sembahan lain Munasabah).” (Yusuf: 105-106)[4]
Kemudian Allah
menyifati ulil-albab. Dia berfirman, “Yaitu orang-orang yang mengingat Allah
ketika berdiri,duduk, dan berbaring.” Dalam shahibain ditegaskan dari Imran bin
Hishin bahwa Rasulullah saw. bersabda,”Dirikanlah shalat sambil berdiri. Jika
kamu tidak mampu, maka sambil duduk. Jika kamu tidak mampu, maka sambil
berbaring. “Artinya, mereka tidak henti-hentinya berzikir dalam kondisi, baik
dengan hati maupun lisannya. “Dan mereka merenungkan penciptaan langit dan
bumi. “Yakni, mereka memahami ketetapan-ketetapan yang menunjukkan kepada
kebesaran Al-Khaliq, pengetahuan, hikmah, pilihan, dan rahmat-Nya.
G. Al-‘Ibrah (Pelajaran Yang Dapat Diambil)
Surat Ali ‘Imran Ayat 190-191.
1. Pada ayat tersebut bahwa orang yang
berakal (Ulu al-Bab) adalah orang yang melakukan dua hal yaitu tazakkur yakni
mengingat (Allah), dantafakkur, memikirkan (ciptaan Allah). Sementara Imam Abi
al-Fida mengatakan bahwa yang dimaksud
dengan Ulu al-Abab adalah al-‘uqul al-tamm al-zakiyah al-latiy tudrak al-asy-ya
‘ala jalyatiha wa laisa ka al-shamm al-bukm al-ladzina laa ya’qilun yaitu orang-orang yang akalnya semprna dan bersih
yang dengannya dapat ditemukan berbagai keistimewaan dan keagungan mengenahi
sesuatu, tidak seperti orang yang buta
dan gagu yang tidak bisa berfikir.
2. Dengan adanya fenomena yang ada di dunia
ini akan membawa orang-orang yang berakal yang memikirknnya akan menyadari
keagungan Allah SWT. Melalui upaya inilah manusia dapat mencapai kebahagiaan
dan keselamatan hidup.
3. Selanjutnya melalui pemahaman yang
dilakukan para mufassir terhadap ayat tersebut di atas akan dapat dijumpai
peran dan fungsi akal tersebut secara lebih luas lagi. Semua itu menjadi obyek
atau sasaran di mana akal memikirkan dan mengingatnya. Tegasnya bahwa di dalam
penciptaan langit dan bumi serta keindahan ketentuan dan keistimewaan
penciptaannya, serta adanya pergantian siang dan malam serta berjalannya waktu
detik per-detik sepanjang tahun, yang pengaruhnya tampak pada perubahan fisik
dan kecerdasan yang disebabkan pengaruh panasnya matahari dan dinginnya malam,
serta pengaruhnya pada binatang dan tumbuh-tumbuhan dan sebagainya adalah
menunjukkan bukti keesaan Allah dan kesempurnaan ilmu dan kekuasaan-Nya.
H.
Natijah
1.Dengan akal yang
Allah berikan kepada setiap manusia, terdapat manfaat yang membawa kita kepada
kebaikan, dimana manusia dapat memikirkan dan mengingat atas keagungan Allah
SWT, melalui upaya inilah manusia dapat mencapai kebahagiaan dan keselmatan
hidup.
2.Dengan Allah
menciptakan langit dan bumi, pergantian siang dan malam agar manusia mengetahui
atas karunia yang diberikan-Nya, dan
ketika manusia mengalami sebuah
perubahan kondisi agar tetap mengingat Allah SWT, karena dengan cara apapun
Allah SWT akan menerima setiap ibadah atas makhluk-Nya.
PENUTUP
Demikian
pembahasan mengenai azbabu nuzul dan terjemahan surat Al-Imran ayat 190-191.
Kesimpulanya bahwa dengan akal yang Allah berikan kepada setiap manusia,
terdapat manfaat yang membawa kita kepada kebaikan, dimana manusia dapat
memikirkan dan mengingat atas keagungan Allah SWT, melalui upaya inilah manusia
dapat mencapai kebahagiaan dan keselmatan hidup . Dengan Allah menciptakan
langit dan bumi, pergantian siang dan malam agar manusia mengetahui atas
karunia yang diberikan-Nya, dan ketika
manusia mengalami sebuah perubahan
kondisi agar tetap mengingat Allah SWT, karena dengan cara apapun Allah SWT
akan menerima setiap ibadah atas makhluk-Nya.
Sangat membantu. Thanks
BalasHapus